AGAMA HINDU
(DASA YAMA BRATA)
Name of Group :
ü Kadek
Martini (25)
ü Kadek Budi Adnyana(15)
ü Luh Budi Krisnayanti (16)
ü Luh Candra Ayuni (17)
ü Dewi Kostaga (18)
ü Dian Puspita Sari (19)
ü Ngurah Putu Dida Janata (20)
ü Eka Agustini (21)
ü Indra Susila (22)
ü Nengah Krisnawati (24)
ü Putu Mas Darmawan (26)
ü Kadek Merta Yasa (27)
ü Kadek Puspa Dewi (29)
Class : XIIB UPW
SMK Negeri 1 Singaraja
Jalan Pramuka no.6. Telp: (0362) 22187
Tahun ajaran 2015
KATA
PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan ke-Hadirat Tuhan Yang Maha
Esa karena berkat limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga kami dapat menyusun makalah ini tepat pada waktunya. Makalah ini
membahas mengenai Penerapan Dasa Yama dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam penyusunan makalah ini, kami banyak mendapat tantangan
dan hambatan akan tetapi dengan bantuan dari berbagai pihak tantangan itu bisa
teratasi. Olehnya itu, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini baik yang
berupa material maupun non material, semoga bantuannya mendapat balasan yang
setimpal dari Tuhan Yang Maha Esa.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan
baik dari bentuk penyusunan maupun materinya. Kritik dan saran dari pembaca
sangat kami harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya.
Semoga
makalah ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca.
Singaraja, 26 Januari 2016
Penulis
DAFTAR ISI
Kata
Pengantar ………………………………………………….......................………… i
Daftar Isi
………………………………………………………….......................………. ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ……………………………….......................……………….... 1
1.2 Rumusan Masalah ………………………………........................………….... 2
1.3 Tujuan
.....................................................................………………………….. 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Dasa Yama Brata .....…………..........................………………… 3
2.2 Contoh Ajaran Dasa Yama Brata............................………………………….. 3
2.3 Bagian-bagian Dasa Yama Brata ................................................…………… 4
2.4 Hakikat Ahimsa dalam Kehidupan ……...............................………………… 7
2.5 Contoh Sikap hidup berdasarkan Dasa
Yama Brata ....................................… 7
2.6 Kitab-kitab Suci yang berkaitan dengan Dasa Yama Brata........................… 11
2.7 Manfaat dan tujuan dari Dasa Yama Brata ..……………….........................… 15
2.8 Berbagai macam tantangan yang
dihadapi.....................................................… 15
2.9 Karikatur yang berkaitan dengan Dasa
Yama Brata
…........................….…… 16
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan ………………………....................………………………….... 17
3.2 Saran
…………………………………….....................…………………….. 17
3.3 Daftar
Pustaka.....................................................................................................
18
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam agama
Hindu dikenal adanya enam filsafat India yang selalu menjadi bayangan dalam
menjalankan kehidupan ini, keenam filsafat ini sering disebut dengan Sad
Darsana yang meliputi Nyaya, Samkya, Yoga, Waisiseka, Mimamsa, dan Wedanta.
Dari keenam filsafat tersebut filsafat yang lebih menekankan pada pengendalian
diri adalah Yoga Darsana. Yoga diajarkan pertama kali di bumi oleh Maharsi
patanjali, melalui ajarannya yang terkenal yakni astangga Yoga yang tersurat
dalam Yoga Sutra patanjali. Disamping lebih menekankan pada pengendalian diri,
ajaran Yoga juga populer di sepanjang zaman yang keberadaannya tidak hanya
diakui oleh umat Hindu tetapi juga oleh pemeluk agama yang lain.
Memang yang
lebih populer di era modern ini adalah bagian asana dan pranayama dari Yoga,
akan tetapi apabila dikaji kembali pemahaman tentang astangga yoga yang
merupakan delapan tangga dalam mempelajari Yoga akan ditemukan bagaimana
sistematis dan bermetodenya pembelajaran Yoga tersebut. Astangga Yoga yang
terdiri dari Yama, Nyama, Asana, Pranayama, Pratyahara, Dharana, Dhyana, dan
Semadi tidak bisa dipisahkan satu sama lain untuk memproleh hasil yang
maksimal, sebagaimana yang tertuang dalam kitab Hatha Yoga Pratiphika bahwa
untuk mencapai tingkatan Semadi tidak bisa langsung dmulai dari tahap Dharana
atau Dhyana tetapi harus dari tingkatan paling awal, yakni Yama.
Yama menjadi
tingkatan pertama yang lebih menekankan pada pengendalian diri di aspek jasmani
dan menjadi modal awal untuk tingkatan selanjutnya, Nyama menekankan pada
pengendalian diri pada aspek rohanini, setelah pengendalian diri dilakukan
barulah dimulai dengan tingkatan Asana atau gerakan tubuh sebelum nantinya
menuju tingkat Pranayama untuk latihan pernafasan yang dapat memberikan ketenangan
dan kesehatan. Setelah empat aspek dasar dilalui dan tentunya dikuasai barulah
mulai menuju tingkatan pratyahara untuk melatih pemusatan pikiran, kemudian
dharana untuk memusatkan pikiran pada objek yang diinginkan, kemudian menuju
tingkat Dhyana atau Meditasi untuk mengetahui kebenaran sang diri sebelum
mencapai tingkat tertinggi yaitu Semadhi atau sudah bisa mencapai kesadaran dan
bertemu dengan Brahman.
Apapun kegiatan
dalam kehidupan ini harus dimulai dari hal yang terkecil, tidak terkecuali dengan
Yoga. Oleh karena itu, perlu diperhatikan hal dasar seperti Yama dalam
asthangga Yoga sebelum menuju ke tingkatan yang lebih tinggi. Yama ini sendiri
tertuang dalam ajaran Panca Yama Brata dan Dasa Yama Brata, yang mana
masing-masing memiliki bagian yang berbeda. Terkait Panca Yama Brata sudah
terlalu sering dibahas dan seakan-akan ajaran Yama Brata hanya ada Panca
Yama Brata saja, kendati Dasa Yama Brata juga merupakan ajaran penting yang
harus dipahami. Sehubungan
dengan hal tersebut, maka pada kesempatan ini penulis akan menguraikan Dasa
Yama Brata melalui sebuah makalah.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1
Apakah yang
dimaksud dengan Dasa Yama Brata ?
1.2.2
Apa saja contoh
ajaran Dasa Yama Brata ?
1.2.3
Apa saja
bagian-bagian dari Dasa Yama Brata?
1.2.4
Bagaimana hakikat Ahimsa
dalam kehidupan?
1.2.5
Apa saja contoh sikap hidup berdasarkan Dasa Yama Brata?
1.2.6
Kitab-kitab Suci apa saja yang berkaitan dengan Dasa Yama Brata?
1.2.7
Apa saja manfaat dan tujuan dari penerapan Dasa Yama
Brata?
1.2.8
Apa saja tantangan
yang dihadapi dalam penerapan Dasa Yama Brata?
1.2.9
Bagaimana bentuk
sebuah karikatur yang berkaitan dengan Dasa Yama Brata?
1.3 Tujuan
1.3.1
Untuk mengetahui
pengertian dari Dasa Yama Brata
1.3.2
Untuk mengetahui
contoh ajaran Dasa Yama Brata
1.3.3
Untuk mengetahui
bagian-bagian dari Dasa Yama Brata
1.3.4
Untuk mengetahui Hakikat Ahimsa
dalam Kehidupan
1.3.5
Untuk mengetahui contoh sikap hidup berdasarkan Dasa Yama
Brata
1.3.6
Untuk mengetahui Kitab-kitab Suci yang berkaitan
dengan Dasa Yama Brata
1.3.7
Untuk mengetahui manfaat dan tujuan dari penerapan Dasa
Yama Brata
1.3.8
Untuk mengetahui
berbagai macam tantangan yang dihadapi dalam penerapan Dasa Yama Brata
1.3.9
Untuk dapat membuat
sebuah karikatur yang berkaitan dengan Dasa Yama Brata
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1
Pengertian dari Dasa Yama Brata
Kata Dasa Yama Brata berasal dari Bahasa Sanskerta yang terdiri dari
tiga kata yaitu: Dasa, Yama dan Brata.
Dasa berarti
sepuluh,
Yama berarti
Pengendalian,
Brata sama artinya
dengan Wrata berarti keinginan
atau kemauan.
Jadi arti dari Dasa Yama Brata adalah sepuluh pengendalian keinginan untuk
mendapatkan kesempurnaan hidup.
2.2 Contoh Ajaran
Dasa Yama Brata
Ajaran-ajaran mengenai Dasa Yama Brata banyak
ditemukan dibeberapakitab suci antara lain :
Reg veda
I.125.6
Daksinavanto
amrtain bhajante
Daksinavanta
pra tiranta ayuh
Artinya :
orang yang bermurah hati mencapai keabadian
Reg Veda X.63.13
Aristaa sa
marto viuva edhate
Pra
prajabhir jayate dharman pari,
Yam adityaso
nayathasunitibhir
Ati viuvani
durita svastaye
Artinya :Wahai Dewa Matahari, semua umat manusia yang
Engkau alihkan dari jalan kejahatan , menempuh jalan yang berbudi , diberkahi
oleh kemakmuran, dan juga dilimpahi dengan keturunan (generasi) yang berbudi
luhur , berkat sikap keagamaan mereka
Ajaran dasa yama brata merupakan
ajaran tata susila yang berfungsi untuk membina dan menempa watak pribadi
maupun budi pekerti yang luhurbagi setiap manusia. Selain itu, ajaran ini
merupakan suatu pegangan hidup bagi manusia yang hendak mencapai kesejahteraan
dan kebahagiaan hidup didunia
2.3 Bagian-Bagian
Dasa Yama Brata
Dasa Yama Brata merupakan sepuluh macam pengendalian diri tingkat dasar
untuk mencapai kesempurnaan hidup. Pembagian dari Dasa Yama Brata, diantaranya:
·
Anresangsya artinya tidak mementingkan diri
sendiri,
Dalam
kehidupan beragama hendaknya kita tidak mementingkan diri sendiri atau
memelihara sikap egoisme. Kita harus lebih mengutamakan kepentingan umum diatas
kepentingan pribadi sesuai dengan ajaran Anresangsya
·
Ksama artinya suka mengampuni dan tahan uji
dalam kehidupan,
Ksama artinya pemaaf atau sifat
yang mudah memaafkan. Umat hindu hendaknya merupakan sosok yang pemaaf dan
tidak bersifat pendendam. Bersedia memaafkan kesalahan orang lain merupakan
sikap yang sangat terpuji. Umat hindu hendaknya sadar bahwa berbuat kesalahan
adalah manusiawi, artinya kesalahan itu dapat dilakukan oleh siapa saja. Tidak
seorangpun dapat melepaskan diri dari kekeliruan. Oleh karena itu bersifat
pemaaf hendaknya selalu menjadi pola pikir umat hindu.
·
Satya
berarti setia dengan ucapan sehingga menyenangkan hidup,
Satya artinya jujur, benar atau bersifat baik.
Orang yang melaksanakan satya brata berarti bahwa orang itu tidak pernah
menyimpang dari ajaran kebenaran, selalu jujur, dan selalu berterus terang.
Umat hindu hendaknya selalu menjunjung tinggi kebenaran, kejujuran dan
kesetiaan. Karena itu mereka hendaknya selalu jujur terhadap diri sendiri
maupun orang lain, selalu melaksanakan ajaran kebenaran dan kesetiaan.
Dalam agama
hindu dikenal dengan lima macam kejujuran yang disebut panca satya,
diantaranya:
a. Satya wacana yaitu harus setia
dan jujur dalam berkata, tidak sombong, selalu menjaga sopan santun dalam
berbicara, tidak boleh berucap yang dapat menyakiti hati atau perasaan orang
lain.
b. Satya hrdaya, artinya setia terhadap hati
nuraninya, selalu konsisten dan berpendirian yang teguh dalam melaksanakan
ajaran kebenaran.
c. Satya laksana, artinya
harus jujur dan bertanggung jawab terhadap apa yang diperbuatnya.
d. Satya mitra,
artinya setia kepada teman atau sahabat dan tidak boleh berkhianat.
e. Satya semaya,
artinya selalu menepati janji dan tidak boleh ingkar janji.
·
Ahimsa berarti tidak membunuh dan tidak
menyakiti atau menyiksa,
Ahimsa terdiri
dari kata “A” yang berarti tidak, dan “Himsa” yang berarti membunuh atau
menyakiti. Sehingga ahimsa berarti tidak membunuh atau menyakiti.
Agama Hindu
juga membenarkan melakukan pembunuhan/Himsa Karma tetapi hendaknya dilandasi
cinta kasih dan dharma, seperti:
1. untuk Dewa Puja yaitu untuk persembahan
kepada Ida Sang Hyang Widhi beserta manifestasinya
2. Pitra Puja yaitu membunuh untuk
persembahan kepada leluhur,
3. Athiti Puja yaitu membunuh untuk
dipersembahkan atau dihaturkan kepada tamu.
4. Dharma Wigata yaitu membunuh di dalam
peperangan/pertempuran.
·
Dama artinya dapat menasehati diri sendiri,
Dama berarti mengendalikan nafsu
atau mengalahkan nafsu. Dama juga berarti mengendalikan diri atau mengendalikan
nafsu. Umat hindu hendaknya dapat mengendalikan atau menundukkan hawa napsunya.
Mereka seharusnya tidak mengumbar hawa napsunya sekedar hanya karena hendak
memenuhi keinginan sesaat. Karena umat hindu harus dapat memilah yang baik-baik
saja agar dapat menimbulkan ketenangan dan ketentraman batiniah. Hanya dengan
ketenangan dan ketentraman pikiran itulah umat hindu akan dapat melaksanakan
tugasnya dengan baik.
·
Arjawa artinya jujur mempertahankan
kebenaran,
Arjawa berasal dari kata “Arja”
yang berarti teguh pendirian, arjawa juga berarti mempertahankan kebenaran.
Orang yang selalu melaksanakan Arjawa Brata berarti selalu berusaha untuk
berbuat benar. Orang ini adalah orang yang taat, disiplin, jujur dan tidak
pernah berbohong. Ia selalu berpegang pada kepada kebenaran. Umat hindu
haruslah teguh dalam menjunjung tinggi kebenaran sejati. Hanya dengan berpegang
teguh pada pendirian, seseorang akan tidak mudah terombang-ambing oleh
pikiran-pikiran yang tidak baik dan tidak suci.
·
Priti artinya cinta kasih saying terhadap
sesama makhluk,
Priti berarti kasih sayang kepada
semua mahluk. Sebab semua mahluk adalah ciptaan Tuhan, oleh karena itu kita
wajib saling menyayangi. Umat hindu haruslah juga bersikap welas asih atau
penuh rasa kasih sayang terhadap sesama. Sikap kasih dan sayang terhadap sesama
akan menimbulkan rasa simpati. Sikap welas asih seperti ini akan menjadi sangat
bernilai manakala ditujukan terhadap orang yang sedang kesulitan.
·
Prasada berarti berpikir dan berhati suci
tanpa pamerih,
Prasada artinya berpikir tenang,
bersih dan suci. Tenang artinya tidak mudah berubah pikiran, tidak goyah,
tetapi juga tidak takut, sehingga tidak mudah kena pengaruh yang tidak baik.
Dalam pergaulan hidup sehari-hari umat hindu hendaknya selalu berpikir positif,
berpikir jernih dan suic serta tidak berprasangka buruk terhadap orang lain.
Mereka hendaknya tidak memelihara sikap yang serba curiga terhadap orang lain.
Dengan bersikap seperti itu, maka kesucian pikirannya akan menjadi terganggu
dan ini menyebabkan sirnanya ketenangan dan ketentraman sehingga akan sulit
baginya untuk menuju kejalan Tuhan.
·
Madurya artinya ramah tamah, lemah lembut,
sopan santun,
Madhurya berasal dari kata “Madhu”
yang berarti manis. Manis disini berarti lemah lembut, tidak berkata keras
apalagi kasar. Berbicara dengan siapa saja hendaknya selalu lemah lembut dan
dengan tutur kata yang halus serta tidak sampai menyinggung apalagi menyakiti
hati. Bersikap manis, ramah dan santun adalah sangat baik bagi umat hindu.
Mereka hendaknya dapat mengendalikan diri untuk tidak bersikap kasar terhadap
siapapun juga.
·
Madarwa artinya rendah hati.
Mardawa berarti rendah hati, tidak
suka menonjolkan diri dan tidak suka bersikap sombong. Rendah hati tidak
berarti rendah diri, tetapi selalu bersikap merendah atau tidak mau menunjukan
kemampuannya. Umat hindu memang harus berprilaku rendah hati, dan bersikap
manis terhadap siapapun juga. Mereka yang bersikap kasar apalagi bertindak
semaunya sendiri, tentunya akan dijauhi oleh warganya.
2.4 Hakikat Ahimsa dalam Kehidupan
Ahimsa
terdiri dari kata “A” yang berarti tidak, dan “Himsa” yang berarti membunuh
atau menyakiti. Sehingga ahimsa berarti tidak membunuh atau menyakiti. Umat
hindu tidak dibenarkan untuk menyakiti apalagi membunuh orang atau mahluk lain.
Membunuh adalah perbuatan dosa. Sebaliknya mereka hendaknya selalu menanamkan
rasa kasih sayang kepada semua makluk karena ini dapat menjaga keseimbangan dan
kedamaian dalam kehidupan . dengan menerapkan sikap ahimsa dengan saling
menghormati satu sama lain maka akan tercipta kebahagian setiap makhluk serta
rasa aman dan nyaman dalam kehidupan
2.5 Contoh Sikap hidup berdasarkan Dasa Yama Brata
- Anresangsya
Contoh-contoh pelaksanaan ajaran Anresangsya:
1.
Membatalkan janji pribadi untuk
melaksanakan kepentingan warga masyarakat,
2.
Mendahulukan kepentingan umum di
atas kepentingan pribadi,
3.
Memberi kesempatan kepada
penyebrang jalan dengan memperlambat kecepatan sepeda motor/mobil,
4.
Memberikan tempat duduk kita di
dalam bus/angkutan kepada orang tua atau orang hamil,
5.
Membiasakan antre atau menunggu
giliran di SPBU, Puskesmas, rumah sakit atau kantor.
- Ksama
Contoh-contoh pelaksanaa ajaran Ksama, seperti:
1.
Memaafkan kesalahan teman,
2.
Tidak marah atau tersinggung bila
dijelek-jelekkan teman,
3.
Tetap melanjutkan sekolah
walaupun tidak naik kelas,
4.
Tidak merasa minder/berkecil hati
walaupun merasa diri ada kekurangan,dll.
- Satya
Contoh-contoh pelaksanaan ajaran Satya, seperti:
1.
Mengatakan dengan sebenarnya apa
yang dilihat, di dengar.
2.
Bertanggung jawab terhadap yang
telah diperbuat,
3.
Menepati janji,
4.
Jujur terhadap kata hati,
5.
Melaksanakan Panca Satya, yaitu:
ü
Satya
Wacana: setia terhadap ucapan,
ü
Satya
Laksana: setia terhadap perbuatan,
ü
Satya
Mitra setia terhadap teman, berteman dalam keadaan senang maupun susah,
ü
Satya
Semaya: selalu menepati janji yang diucapkan, dan
ü
Satya
Hredaya: jujur terhadap kata hati
- Ahimsa
Contoh pelaksanaan ajaran Ahimsa, seperti:
1.
Tidak membunuh binatang
sembarangan,
2.
Tidak meracuni hewan,
3.
Tidak mengganggu hewan yang
sedang tidur,
4.
Tidak memfitnah,
5.
Tidak menghina teman yang
memiliki kekurangan.
- Dama
Contoh-contoh pelaksanaan ajaran Dama, seperti:
1.
Menyadari perbuatan, perkataan
dan perbuatan kita yang keliru,
2.
Memikirkan terlebih dahulu akan
perkataan yang akan diucapkan,
3.
Sebelum tidur renungkanlah
perbuatan yang telah kita lakukan sebagai evaluasi harian untuk meningkatkan
kwalitas diri,
4.
Biasakan tidak terlalu repot
membicarakan kelemahan orang, masih lebih baik jika rajin melihat kelemahan
diri sendiri,
5.
Untuk menghindari adanya
penyesalan yang datangnya selalu di belakang, sebelum berkata dan berbuat pikirkan
secara matang akibatnya.
- Arjawa
Contoh-contoh pelaksanaan ajaran Arjawa, seperti:
1.
Jangan mengaku dan merasa diri
selalu paling benar,
2.
Katakan yang benar adalah benar
yang salah adalah salah,
3.
Berpijaklah pada kebenaran
walaupun banyak godaan,
4.
Orang yang mempertahankan
kebenaran akhirnya akan menang.
5.
Jadilah ksatria pembela kebenaran
seperti peribahasa Berani karena benar
Takut karena Salah
- Priti
Contoh-contoh pelaksanaan ajaran Priti, seperti:
1.
Hiduplah rukun saling mengasihi
sesama teman di sekolah, bersama keluarga, begitu juga dengan tetangga sekitar,
2.
Memelihara hewan peliharaan
dengan baik,
3.
Rajin merawat dan memupuk
tanaman, dll
- Prasada
Contoh-contoh pelaksanaan ajaran Prasada,
misalnya:
1.
Jujur dan tulus pada setiap
tindakan untuk memupuk dan menumbuhkan kesucian hati,
2.
Berpikir jernih, cermat dan masuk akal jangan
mengembangkan pikiran buruk atau berburuk sangka (negatif thinking) kepada orang lain,
3.
Rajin sembahyang,
4.
Jujur dan setia terhadap setiap
tindakan,
5.
Berbuat yang iklas tanpa pamerih,
Jagalah pikiran kita agar tetap jernih dan suci. Hindarikan pikiran dari hal-kal kotor dan bodoh, karena pikiran yang diliputi oleh niat yang kotor dan bodoh menyebabkan manusia lebih rendah dari binatang, dll
Jagalah pikiran kita agar tetap jernih dan suci. Hindarikan pikiran dari hal-kal kotor dan bodoh, karena pikiran yang diliputi oleh niat yang kotor dan bodoh menyebabkan manusia lebih rendah dari binatang, dll
- Madurya
Contoh-contoh pelaksanaan ajaran Madurya, seperti:
- Bersikap ramah tamah
terhadap semua orang, menghindari sikap judes dan cuek,
- Bersikap lemah lembut
terhadap semua orang, menghindari sikap kasar, emosional dan mudah
tersinggung,
- Bersikap sopan santun
terhadap siapa saja dan di manapun berada,
- Selalu menjaga sikap santun
ketika berhadapan dengan orang lain baik dengan teman sejawat, orang yang
lebih tua, guru ataupun siapa saja,
- Selalu berbicara yang sopan kepada lawan
bicara,
- Menumbuhkan sikap saling
menghormati dan menghargai terhadap orang lain,
- Tidak memperlihatkan wajah
masam, cemberut dan kusam,
- Mardawa
Contoh-contoh pelaksanaan ajaran Mardawa, misalnya:
- Selalu ringan tangan suka
membantu orang yang membutuhkan pertolongan,
- Menghargai orang lain,
- Menghormati orang lain,
- Tidak mementingkan diri
sendiri,
- Peduli terhadap orang lain,
- Bersikap empati terhadap penderitaan
orang lain sehingga memiliki keinginan untuk memberi pertolongan,
- Menyadari diri memiliki
kelebihan dan kekurangan,
- Menghindarkan diri dari
perbuatan merendahkan harga diri orang lain,
- Selalu bersikap sabar dan
tidak membalas dendam,
- Dapat menerima kelebihan dan kekurangan orang lain.
2.6
Kitab-kitab Suci yang berkaitan dengan Dasa Yama Brata
Reg Veda X.107.2
Ucca divi daksinavanto asthur
Ye asvadah saha te suryena
Artinya : orang-orang dermawan menghuni tempat yang tinggi di alam sorga,
orang-orang yang tidak picik, yeng mendermakan kuda bertempat tinggal bersama
Sang Hyang Surya.
Reg Veda
X.63.13
Aristaa sa
marto viuva edhate
Pra
prajabhir jayate dharman pari,
Yam adityaso
nayathasunitibhir
Ati viuvani
durita svastaye
Artinya :Wahai Dewa Matahari, semua umat manusia yang Engkau alihkan dari
jalan kejahatan , menempuh jalan yang berbudi , diberkahi oleh kemakmuran, dan
juga dilimpahi dengan keturunan (generasi) yang berbudi luhur , berkat sikap
keagamaan mereka
Reg Veda I.125.6
Daksinavanto
amrtain bhajante
Daksinavanta
pra tiranta ayuh
Artinya :
orang yang bermurah hati mencapai keabadian
Yajur Veda XI.2
Kurvan evaha
karmani
Jijiviset satam
samah
Evam trayi
nanyatheto-asti
Na karma
lipyate nare
Artinya : orang
seharusnya suka hidup didunia ini dengan melakukan kerja keras selama seratus
tahun , tidak ada cara yang lain bagi keselamatan seseorang , suatu tindakan
yang tidak mementingkan diri sendiri dan tidak memihak menjauhkan pelaku dari
keterikatan
Sarasamucaya 259. Hal 195
Anrcamsyam
ksama satyamahinsa
Dama arjawam
Pritih prasado
madhuryam mardawam
Ca yama dasa
Nyang brata
ikang inaranam yama, prayate kanya nihan, sapuluh kwehnya anrsangsya, ksma,
satya, ahimsa, dama, arjawa, prtti, prasada, madhurya, mardawa, nahan pratyeka
sapuluh arsangsya; siharimba, tan swartha kewala, ksama; si kelan ring
panastis, satya; si tan mrsawadah, ahingsa; manukhe sarwa bhawa, dama; si
upacama wruh mituturi manahnya, arjawa; si dugadugabener, prtti; si gong
karuna, prasada; heningning, manah, madhurya; manisning wulat lawan wuwus,
mardawa; posning manah
Artinya :
inilah brata yang disebut Yama, perinciannya demikian ; anrsangsya, ksma,
satya, ahimsa, dama, arjawa, prtti, prasada, madhurya, mardawa. Sepuluh
banyaknya anrsangsya yaitu harimbawa, tidak mementingkan diri sendiri saja;
ksama artinya tahan akan panas dan dingin; satya yaitu tidak berkata bohong;
ahima, berbuat bahagianya makhluk; dama sabar serta dapat menasehati diri
sendiri ; arjawa yaitu tulus hati, terus terang; prtti , welasasih; prasada,
kejernihan hati; madhurya, manis pandangan (muka manis) dan manis perkataan ;
madarwa, kelembutan hati.
Atharva Veda III.24.5
Sata-hasta sama hara,
Sahashasta sam kira
Artinya: wahai umat manusia perolehlah kekayaan
dengan seratus tangan dan dermakanlah itu dalam kemurahan hati dengan seribu
tanganmu
Sarasamucaya 258, hal 194
Na nityam
niyaman budhah
Yaman
patatyasevam hi niyaman
Kevalam bhayan
Lawan yama
ikang prihen nitya gawayakena, kuneng ikang niyama
Wenang ika tan
langgengen gawayakena, apan ika sang maneket
Gumayawaken
ikang niyama tatan, yatra ri kagawayaning yama, tiba sira ring nirayaloka
Artinya : Dan
Yama ( pengekangan diri) haruslah diusahakan , senantiasa dilaksankan adapun niyama
(janji diri) dapat tidak secara tetap dilaksanakan. Sebab orang yang yakin
melaksanakan niyama sedangkan yama diabaikan, orang yang demikian akan jatuh di
nerakaloka
Sarasamucaya 74
Anabhidyam parasvesu
Sarvasatvesu carusam,
Karmanam phalamastiti
Trividham manasa caret.
Prawrttyaning manah rumuhun ajarakena, telu kwehnya, pratyekanya, si tan
engine adenghya ri drbyaning len, si tan krodha ring sarwa sattwa, si mamituhwa
ri hana ning karmaphala, nahan tang tiga ulahaning manah, kahrtaning indriya ika.
Artinya :
Prilaku pikiran terlebih dahulu akan dibicarakan tiga banyaknya,
perinciannya ialah :
- Tidak ingin, tidak iri akan milik orang lain.
- Kasih sayang terhadap semua makhluk .
- Percaya akan adanya karmaphala
Itulah tiga prilakunya pikiran
yang merupakan pengendalian pikiran.
Sarasamucaya 75
Asatpralapam parusyam
Paisunyamanrtam tahta,
Catvari vaca rajendra,
Na jalpennanucintayet.
Nyang tanpa prawrttyaning wak, pat kwehnya, pratyekanya ujar ahala, ujar
apregas ujar pisuna, ujar mithya, nahan tangpat sinanggahananing wak, tan
ujarakena, tan angen-angenan kojaranya.
Artinya :
Inilah yang tidak patut timbul dari kata-kata, empat banyaknya yaitu :
-
Perkataan jahat
-
Perkataan kasar
-
Perkataan memfitnah
-
Perkataan bohong
Inilah keempatnya harus
disingkirkan dari perkataan jangan diucapkan jangan dipikir-pikir akan
diucapkannya.
Sarasamucaya 76
Pranatipatam stainyam ca,
Paradaranathapi va,
Trini papani kayena,
Sarvatah parivarjavet.
Nihan yang tan ulahakena, syamati mati, mangahal ahal, siparadara, nahan
tang telu tan ulahakena ring asing ring parihasa, ring apatkala, ring pangipyan
tuwi singgahana juga.
Artinya :
Inilah yang tidak patut dilakukan :
- Membunuh
- Mencuri
- Berbuat zina
Ketiganya
janganlah hendaknya dilakukan terhadap siapapun baik secara berolok-olok, dalam
keadaan dirundung malang, dalam hayalan sekalipun, hendaknya dihindari semua
itu.
2.8
Manfaat dan
Tujuan Penerapan Ajaran Dasa Yama Brata
Dapat mewujudkan ketenangan,
ketenteraman, kedamaian keabadian dan usia yang panjang dalam hidup
berkeluarga, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara serta memiliki sikap welas
asih, suka mengampuni, pemaaf, sabar, setia, jujur, menyayangi semua makhluk,
suka menasehati diri sendiri, sikap terbuka, tidak egois, sikap jernih
hati,manis pandang dan kelembutan
hati
2.9
Berbagai Macam
Tantangan yang Dihadapi dalam Penerapan
Dasa Yama Brata
Tantangan yang dihadapi antara lain
keinginan nafsu yang tinggi serta rasa aku yang berkuasa atas diri orang maka
ia dapat menjadi takabur, congkak, lupa akan daratan. Rasa aku yang tak
terkendali membawa orang pada kehinaan, kerendahan budi, karena bentuk
penampilannya adalah bentuk congkak, tidak hormat kepada sesam, mementingkan
diri sendiri, tidak tahu tenggang rasa dan suka menyakiti menjadikan penghambat
dalam pelaksanaan dasa yama brata.
Pengendalian diri sangat dibutuhkan
untuk menarik indria dari objek-objek duniawi sehingga tidak dikuasai oleh
nafsu atau kegelapan
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Dari pembahasan yang telah penulis uraikan dalam makalah ini, dapat ditarik
beberapa simpulan, antara lain:
- Dasa Yama
Brata merupakan sepuluh macam pengendalian diri tingkat dasar untuk
mencapai kesempurnaan hidup, sedangkan Dasa Nyama Brata merupakan sepuluh
cara pengendalian diri tingkat lanjutan pada aspek rohani.
- Bagian
dari Dasa Yama Brata antara lain: Anrsamsa artinya tidak kejam, Ksama
artinya pemaaf, Satya artinya menjaga kebenaran, kesetiaan dan kejujuran,
Ahimsa artinya tidak menyakiti atau membunuh, Dama artinya mengendalikan
hawa nafsu, Arjawa artinya tetap pendirian, Priti artinya welas kasih,
Prasada artinya berpikir jernih dan suci, Madhurya artinya ramah tamah,
Mardawa artinya lemah lembut.
- Adapun
manfaat yang didapat dalam penerapan Dasa Yama Brata :
Dapat
mewujudkan ketenangan, ketenteraman, kedamaian keabadian dan usia yang panjang
dalam hidup berkeluarga, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara serta memiliki
sikap welas asih, suka mengampuni, pemaaf, sabar, setia, jujur, menyayangi
semua makhluk, suka menasehati diri sendiri, sikap terbuka, tidak egois, sikap
jernih hati,manis pandang dan kelembutan
hati
3.2
Saran
Setelah
membaca atau mendengarkan makalah ini diharapkan kepada pembaca/ pendengar
mampu memahami Dasa Yama Brata sehingga
mampu menjalankan ajaran agama dalam pengendalian diri tingkat
jasmani
DAFTAR PUSTAKA
Suhardana, K.M.2007.Yama
Niyama Brata. Surabaya: Paramita
http://santidiwyarthi.blogspot.com/2011/02/dasa-yama-brata.html